PT PERTAMINA
Jakarta – TAMBANG. Keberhasilan PT Pertamina (Persero) pada bisnis hulu
minyak dan gas (migas) ternyata tidak hanya di dalam negeri. Namun cukup teruji
pula di luar negeri. Salah satu ladang minyak milik BUMN ini di mancanegara,
yakni Blok SK-305 Malaysia yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi, ternyata
telah berproduksi.
Pada lapangan yang dikelola bersama dengan
Petronas dan Petrovietnam itu, keterlibatan orang-orang Pertamina mencapai
80-95%. Termasuk menciptakan konsep geologinya, dan menangani shallow water
dengan small field development. Presiden
Direktur Pertamina Hulu Energi, Dwi Martono mengatakan, minyak pertama dari
Blok SK-305 Malaysia, telah menyembur pada 24 Juni 2010. Pada hari pertama,
dari dua sumur pengembangan yang dibor, yakni D30.D1 dan D30.D3, telah mampu
dihasilkan minyak sekitar 3.000 barel per hari (BOPD).
Ketiga perusahaan membentuk joint operatorship
bernama PCPP Operating Co. Sdn. Bhd (PCPP = Petronas Carigali –
Pertamina–Petrovietnam). Menurut Dwi, tripartit didirikan atas dasar semangat
ASEAN, dan keinginan untuk menjadi pemimpin dalam bisnis minyak minimal di Asia
Tenggara, dan nantinya di Asia Pasifik, bahkan di tingkat global.
Ia menjelaskan, produksi SK-305 Malaysia belum bisa digenjot maksimal, karena keterbatasan fasilitas produksi di lapangan D35 milik Petronas Carigali (PCSB) yang menampung hasil produksi dari Blok SK-305.
Lalu catatan produksi pada 29 Juni 2010
menunjukkan peningkatan minyak menjadi sebesar 6.250 BOPD dan gas 8,3 juta kaki
kubik per hari (MMSCFD). Pada 7 Juli 2010, produksi minyak tercatat sekitar
9.000 BOPD. Blok SK-305 terletak
di Pantai Barat Sarawak, Malaysia. Lapangan migas seluas 16.400 kilometer
persegi itu, merupakan ladang kerja sama yang ditandatangani pada 23 Juni 2003
antara Pertamina yang menguasai 30 persen saham, Petronas Carigali dari
Malaysia (40 persen) dan Petrovietnam dari Vietnam (30 persen).
“Maklum fasilitas di sana sudah berusia lebih
dari 20 tahun, sehingga perlu sedikit penyesuaian ketika harus menerima hasil
produksi dari Blok SK-305, dengan tekanan yang relatif tinggi,” ujar Dwi
Martono di Jakarta, pekan lalu. Untuk
menyesuaikan kapasitas di lapangan D35, tambahnya, dibutuhkan waktu sekitar
satu bulan. Sementara skenario produksi minimal dari Blok SK-305 ditargetkan
sekitar 12.000 BOPD, dan 40 MMSCFD gas.
Kesuksesan ini menjadi landasan bagi Pertamina
untuk menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam mengelola blok-blok migas
lain di seluruh dunia,” tandasnya. Abdul
Muthalib Masdar, Manajer Asia Australia Pertamina Hulu Energi mengungkapkan,
keberhasilan ini merupakan satu proses yang luar biasa. Karena untuk pertama
kali aset internasional Pertamina berproduksi.
Ia menjelaskan, produksi SK-305 Malaysia belum bisa digenjot maksimal, karena keterbatasan fasilitas produksi di lapangan D35 milik Petronas Carigali (PCSB) yang menampung hasil produksi dari Blok SK-305.
“Terlebih karena kita akhirnya memiliki satu
formula bagaimana mengelola suatu proyek dengan karakteristik yang sulit, dan
pada awalnya kita diragukan banyak pihak bakal mampu menanganinya,”ujarnya.Bambang
Manumayoso, VP Overseas Assets, Direktorat Usaha Internasional PHE menambahkan,
keterlibatan orang-orang Pertamina di SK-305 Malaysia sangat tinggi, sekitar
80-95%. “Termasuk konsep geologinya kitalah yang menciptakan. Kini kita bisa
dengan bangga menyatakan diri mampu menangani shallow water dengan small field
development,” tegasnya.Dari sisi korporasi, keberhasilan ini membuktikan bahwa
PHE telah mampu menjalankan tugas yang diminta oleh pemegang saham, yaitu
mendapatkan minyak dan membangun sinergi antar anak perusahaan.“Melalui proyek
ini kita membuktikan apa yang disebut Pertamina Incorporated, karena kita
mendapat dukungan teknologi dari EPTC maupun internal technology support
lainnya. Ini sesuatu yang positif bahwa
kita memiliki dukungan teknologi hulu yang tangguh,” ungkap Bambang.
0 komentar:
Posting Komentar